PART 3
“Wow, santai
saja,bung. Sepertinya kau masuk daftar teman kami yang penakut, tentu J-Hope
yang pertama” Ucap Zain menghampiri Laime, merangkul pundaknya.
Laime diam,
dia menatap Lea yang juga tengah menatap kearahnya. Ia tak tahu apa yangterjadi,
tapi kenapa Lea dapat melihat cahaya yang selalu mengikutinya, cahaya pelindung
yang diberikan oleh ayahnya. Apa kotak Pandora itu ada pada dirinya? Tapi
bagaimana bisa? Lea bukan terlihat seperti Penjajah hutan. Apa ia sering pergi
ke hutan Epping bersama teman-temannya.
Jika memang ia, kemungkinan kotak Pandora itu ada padanya bisa saja terjadi. Lea mengalihkan pandangannya, dan beralih menuju bilik kamar tempat kakaknya berada. Begitulah Lea, jika tak ada yang percaya pada ucapannya ia akan bercerita pada Kakaknya, karna hanya kakaknya yang akan percaya padanya. Termasuk Silvia juga, tapi…gadis itu hanya merespon dalam diam yang dibuktikan dengan sebuah anggukan. Lea membuka bilik kamar itu pelan. Mengintip apa yang sedang mereka lakukan, ia takut mengganggu. J-hope dan Silvia tengah duduk menghadap keluar, entah apa yang tengah mereka pandangi, mungkin anak-anak yang sedang bersenda gurau. Lea menghela nafas, batal sudah rencananya. Ini kedua kalinya Lea melihat Silvia tersenyum selama gadis itu menjadi kekasih kakaknya. Lea menutup pintu dan kembali bergabung bersama teman-teman yang lainnya.
Jika memang ia, kemungkinan kotak Pandora itu ada padanya bisa saja terjadi. Lea mengalihkan pandangannya, dan beralih menuju bilik kamar tempat kakaknya berada. Begitulah Lea, jika tak ada yang percaya pada ucapannya ia akan bercerita pada Kakaknya, karna hanya kakaknya yang akan percaya padanya. Termasuk Silvia juga, tapi…gadis itu hanya merespon dalam diam yang dibuktikan dengan sebuah anggukan. Lea membuka bilik kamar itu pelan. Mengintip apa yang sedang mereka lakukan, ia takut mengganggu. J-hope dan Silvia tengah duduk menghadap keluar, entah apa yang tengah mereka pandangi, mungkin anak-anak yang sedang bersenda gurau. Lea menghela nafas, batal sudah rencananya. Ini kedua kalinya Lea melihat Silvia tersenyum selama gadis itu menjadi kekasih kakaknya. Lea menutup pintu dan kembali bergabung bersama teman-teman yang lainnya.
Silvia duduk bersandar pada dada
bidang J-hope, sembari melukis sesuatu diatas kertas buku diarynya. Sementara
J-Hope sibuk menghirup aroma rambut Silvia sembari memejamkan matanya, meresapi
aroma vanilla yang menjadi kesukaanya. J-Hope kembali teringat akan pertanyaan
adik sematawayangnya –Lea- , pertanyaan kenapa ia bisa mencintai gadis
dipangkuannya ini. J-Hope sendiri tak mengerti kenapa ia mencintai gadis sedingin
es batu ini. Entah, J-Hope merasa, dia harus selalu melindungi gadis ini. Satu
lagi, setiap kali melihat gadis itu tersenyum, ia selalu merasa melihat
kesedihan yang terpancar dimatanya. Silvia mendongak, memperhatikan J-Hope yang
juga tengah memandangannya, lalu beralih melukis lagi.
“Ya, kau
melukis ku, hmm?” Tanya J-Hope sembari mengambil alih buku harian ku.
Silvia
mengangguk “ Bagaimana?Sudah miripkan?”
“No! tentu
itu bukan aku. Hidungku tidak seperti pinokio.” Ucap J-Hope lalu mencubit hidung
kekasihnya gemas.
“Kau itu
suka berbohong, seperti pinokio” Ucap Silvia
“Kapan aku
berbohong padamu,hmm? Sudahlah ayo kita keluar bergabung bersama yang lain. Nanti
mereka menuduh yang tidak-tidak.” Ucap J-Hope sembari membantunya berdiri.
“Apanya yang
tidak-tidak” J-Hope tak menjawab, ini yang dia suka lagi dari kekasihnya. Dia
polos, mudah dijahili. J-Hope mengeluarkan seringai, mendekatkan wajahnya pada
wajah kekasihnya. Silvia membulatkan matanya, mulutnya membentuk huruf o,
sangking terkejutnya. J-Hope tersenyum geli, melihat wajah kekasihnya yang
terkejut. Ia memundurkan wajahnya, dan beralih mengacak-acak rambutnya gemas,
dan menggandeng gadis kecil itu keluar. Silvia meringis kesal, dan memukul
pundak itu membuat J-Hope harus menahan rasa sakitnya. Lea, Dhiana, Zain dan
juga Laime, melihat kearah mereka, romantic sekali. Pemandangan yang jarang
mereka lihat. Terutama Laime, si pendatang baru. Lagipula, itu buka gaya pacaran
mereka, mereka lebih sering berdiam diri, bukan pukul-pukulan seperti sekarang
ini.
“That’s my
J-Hope” Ucap Zain.
“Apanya yang
J-Hopemu, bodoh” Ucap Dhiana. J-Hope dan Silvia berhenti dari perkelahian kecil
mereka, dan beralih pada seseorang yang baru pertama kali mereka lihat. Laime,
yang merasa dipandangi pun tersadar, dan mulai memperkenalkan dirinya. Dan
dsambut hangat oleh senyuman keduanya. Tiga, ini yang ketiga kalinya Lea
melihat Silvia tersenyum. Silvia sudah berubah, tepat ketika anak disebelahnya
ini datang diantara mereka.
“Hey, lihat,
Salju pertama telah turun” Ucap Dhaina. Semua beralih kearah balkon rumah
pohon. Salju pertama. Mereka semua harus segera menyiapkan perlengkapan liburan
musim dingin mereka.
“Pindahan
yang tepat anak baru, tepat bersamaan libur musim dingin. Hey J-Hope, ayo,
kapan kita berangkat liburannya?” Ucap Zain. J-Hope mengisyaratkan mereka untuk
kembali masuk kembali kedalam. Mereka duduk membentuk sebuah lingkaran. J-Hope
mulai membicarakan perihal liburan mereka. Mulai dari perlengkapan, mereka
harus membawa beberapa jaket tebal, mantel, tenda, akaran. Dan mereka juga
harus menyiiapkan mental mereka, khususnya Zain, Dhiana dan Laime yang baru
pertama kali. Karna terakhir kali, J-Hope , Silvia dan Lea pergi berlibur
kesana, mereka mengalami hal yang aneh,
yah… seperti hal berbau supernatural.
“Baiklah, sampai ketemu dua hari lagi.” Ucap
J-Hope sembari melambaikan tangannya kearah Ketiga temannya yangn sudah
berjalan pulang. Sementara Lea, J-Hope dan Silvia pulang bersama. J-Hope sampai
dirumah Silvia. Silvia adalah anak yatim piatu sama seperti mereka. Ia sedikit
khawatir, ini musim salju, dan kekasihnya sendirian dirumah. Ia sudah meminta
untuk menginap dirumahnya, tapi gadis itu selalu menolak. Entah, perasaan takut
akan terjadi sesuatu semakin kuat semenjak mendekati hari berlibur mereka.
“Ada
Apa,hm?” Tanya Lea, begitu melihat Kakaknya belum juga menjalankan mobilnya.
“Hah, aku
hanya khawatir terjadi sesuatu terhadapnya.” Jawab J-Hope, lalu mulai
menjalankan mobilnya.
“Kalau
begitu, batalkan saja liburannya, tidak jadi juga tidak apa-apa” ucap Lea.
“Lucu
sekali, Dia terlalu sayang padamu, ia selalu ingin keinginanmu terwujud, entah
kenapa. Dia senang sekali membicarakanmu dikala kita sedang berdua.” Ucap
J-Hope seraya terkekeh
“Kalian
sering membicarakanku? Hey! Itu curang!!”
2 HARI
KEMUDIAN……
Mereka sudah
sampai dihutan Epping yang kini tertutupi salju. Salju yang cukup tebal. Mereka
mulai mendirikan tenda, menghidupkan perapian dengan kayubakar yang mereka
bawa. Udara dingin sekali, tapi tidak dengan Laime, tubuhnya selalu hangat. Ia
melihat kesekeliling, terutama diatas pohon. Keluarga mereka datang
mengunjungi, Para Penjaga Penjajah hutan. Serigala Putih. Tugas Suci, tengah
mereka jalani, Laime meletakan jari telunjuk didepan bibir, mengisyaratkan pada
keluarganya agar jangan terlalu berisik, atau teman-teman yang lainnya akan sadar ada yang
menguntit mereka. Lea merasa ingin buang air kecil sekarang, hah.. ditengah
hujan salju ini, menyebalkan. Dia pun memutuskan untuk meminta Silvia
menemaninya.
“Jangan
lama-lama oke. Jangan lupa bersihkan, jangan pergi kemana-mana setelah buang
air kecil, kembali kesini, aku tak mau kau kenapa-napa” ucap Silvia cepat dalam
satu nafas.
“o-oh okay”
Ucap Lea, dia pun pergi kebalik semak-semak, sementara Silvia menunggu didepan.
Lea mengernyit bingung begitu ada jejak es menuju kearah kanannya. Ia sudah
selesai , dan lebih memilih untuk mengikuti jejak es yang membuatnya penasaran.
Jejak itu terhenti, ia membuka semak-semak yang menghalangi jalannya. Mulutnya
menganga lebar, danau es, teman-teman yang lainnya harus tahu, mereka bisa
melakukan permainan seluncur es disini. Benar-benar indah, ada es-es yang
membeku dipohon-pohon seperti dinegeri dongeng.
Silvia merasa ini terlalu lama, ia memanggil Lea, tapi tak ada sahutan.
Silvia panik, dan berlari menghampiri Lea, gadis itu tak ada ditempat. Silvia
melihat jejak kaki, dia mengikutinya. Ia bernafas lega, begitu melihat Lea
tengah berdiri dipinggir danau yang membeku.
“Sudah
kubilang langsung kembali.” Lea menoleh, dan memberikan cengirannya.
“lihat, apa
yang kutemukan, kita bisa bermain seluncur es disini” ucap Lea
“Jangan!”
“It’s okay!
See? Aku baik-baik saja kan?” ucap Lea, dia mulai melangkahkan kakinya secara
pelan, mulai bermain seluncur. Silvia tak bisa untuk tidak panik, es itu pasti
baru saja membeku. Lea berteriak, langkah yang salah, ia terjatuh, membuat
bunyi gemuruh, menciptakan garis retak yang begitu panjang. Menciptakan bunyi
“KREKK” begitu e situ mulai terbelah, Silvia menjerit panik. Sementara Lea, ia
sudah menangis sekarang.
“Help me,
please, hiks” ucapnya tersendat.
“Easy,easy,
I got you, aku akan mengintung satu sampai tiga, kau tarik tubuhku kearahmu,
okay?”
“What? No!
Never!” Bentak Lea.
“Demi tuhan
Lea, turuti saja” Ucap Silvia kesal.
“One..
Two…
Three” Lea menarik tubuh
Silvia kearahnya, sementara Silvia menarik tubuh Lea kearahnya membuat tubuh
Lea terpental kepinggir danau.
Byur…
Tubuh itu tenggelam.. tenggelam
kedasar danau yang dingin, Lea menjerit, Silvia- Silvianya. Teriakan nya sampai
ketelinga J-Hope, dan yang lainnya. Mereka berlari panik, J-Hope menghampiri
Lea yang menangis, dia tidak melihat Silvia- dimana dia?
“Where is
Silvia?” Lea panik, ia hanya mampu menunjuk danau, J-Hope tak percaya, ia baru
saja ingin menyelam kedanau, namun Laime dan Zain menghentikannya. J-Hope
berontak, tidak mungkin, didalam sana dingin, dia harus menolong gadis itu,
gadis itu, ia pasti ketakutan. J-Hope berontak, dan zain terpaksa melayangkan
tinjuan kearah wajah J-Hope, membuat tubuh itu tersungkur ketanah.
“Are You
Crazy,huh? Disana kau bisa mati” Ucap Zain
“Tapi silvia
didalam sana” Ucap J-Hope, ia sudah mulai menangis, matanya sudah memerah. Dia
mulai berontak lagi, kali ini Laime yang menahannya.
“Jangan,
benar, kita harus menunggunya kembali kepermukaan.” Ucap Laime. Bruk… J-Hope
melayangkan tinjuan kewajah Laime, membuat Lea terkejut, kakaknya, bertindak
kasar untuk pertama kalinya.
“Maksudmu
apa hah! Kau menyuruhku untuk menunggu mayatnya! Persetan!”
“Stop!
Stop.. and Look ! Danaunya!” Pekik Dhiana, membuat perkelahian mereka terhenti.
“No! No! Tidak boleh, ini tidak boleh terjadi!”
To Be Continued…
Maaf jika ada typo, hope you enjoy it..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar