Jumat, 25 April 2014

ANOTHER HERO ( Part 3)

PART 3

“Wow, santai saja,bung. Sepertinya kau masuk daftar teman kami yang penakut, tentu J-Hope yang pertama” Ucap Zain menghampiri Laime, merangkul pundaknya.
Laime diam, dia menatap Lea yang juga tengah menatap kearahnya. Ia tak tahu apa yangterjadi, tapi kenapa Lea dapat melihat cahaya yang selalu mengikutinya, cahaya pelindung yang diberikan oleh ayahnya. Apa kotak Pandora itu ada pada dirinya? Tapi bagaimana bisa? Lea bukan terlihat seperti Penjajah hutan. Apa ia sering pergi ke hutan Epping bersama teman-temannya.
Jika memang ia, kemungkinan kotak Pandora itu ada padanya bisa saja terjadi. Lea mengalihkan pandangannya, dan beralih menuju bilik kamar tempat kakaknya berada. Begitulah Lea, jika tak ada yang percaya pada ucapannya ia akan bercerita pada Kakaknya, karna hanya kakaknya yang akan percaya padanya. Termasuk Silvia juga, tapi…gadis itu hanya merespon dalam diam yang dibuktikan dengan sebuah anggukan. Lea membuka bilik kamar itu pelan. Mengintip apa yang sedang mereka lakukan, ia takut mengganggu.  J-hope dan Silvia tengah duduk menghadap keluar, entah apa yang tengah mereka pandangi, mungkin anak-anak yang sedang bersenda gurau. Lea menghela nafas, batal sudah rencananya. Ini kedua kalinya Lea melihat Silvia tersenyum selama gadis itu menjadi kekasih kakaknya. Lea menutup pintu dan kembali bergabung bersama teman-teman yang lainnya.
            Silvia duduk bersandar pada dada bidang J-hope, sembari melukis sesuatu diatas kertas buku diarynya. Sementara J-Hope sibuk menghirup aroma rambut Silvia sembari memejamkan matanya, meresapi aroma vanilla yang menjadi kesukaanya. J-Hope kembali teringat akan pertanyaan adik sematawayangnya –Lea- , pertanyaan kenapa ia bisa mencintai gadis dipangkuannya ini. J-Hope sendiri tak mengerti kenapa ia mencintai gadis sedingin es batu ini. Entah, J-Hope merasa, dia harus selalu melindungi gadis ini. Satu lagi, setiap kali melihat gadis itu tersenyum, ia selalu merasa melihat kesedihan yang terpancar dimatanya. Silvia mendongak, memperhatikan J-Hope yang juga tengah memandangannya, lalu beralih melukis lagi.
“Ya, kau melukis ku, hmm?” Tanya J-Hope sembari mengambil alih buku harian ku.
Silvia mengangguk “ Bagaimana?Sudah miripkan?”
“No! tentu itu bukan aku. Hidungku tidak seperti pinokio.” Ucap J-Hope lalu mencubit hidung kekasihnya gemas.
“Kau itu suka berbohong, seperti pinokio” Ucap Silvia
“Kapan aku berbohong padamu,hmm? Sudahlah ayo kita keluar bergabung bersama yang lain. Nanti mereka menuduh yang tidak-tidak.” Ucap J-Hope sembari membantunya berdiri.
“Apanya yang tidak-tidak” J-Hope tak menjawab, ini yang dia suka lagi dari kekasihnya. Dia polos, mudah dijahili. J-Hope mengeluarkan seringai, mendekatkan wajahnya pada wajah kekasihnya. Silvia membulatkan matanya, mulutnya membentuk huruf o, sangking terkejutnya. J-Hope tersenyum geli, melihat wajah kekasihnya yang terkejut. Ia memundurkan wajahnya, dan beralih mengacak-acak rambutnya gemas, dan menggandeng gadis kecil itu keluar. Silvia meringis kesal, dan memukul pundak itu membuat J-Hope harus menahan rasa sakitnya. Lea, Dhiana, Zain dan juga Laime, melihat kearah mereka, romantic sekali. Pemandangan yang jarang mereka lihat. Terutama Laime, si pendatang baru. Lagipula, itu buka gaya pacaran mereka, mereka lebih sering berdiam diri, bukan pukul-pukulan seperti sekarang ini.
“That’s my J-Hope” Ucap Zain.
“Apanya yang J-Hopemu, bodoh” Ucap Dhiana. J-Hope dan Silvia berhenti dari perkelahian kecil mereka, dan beralih pada seseorang yang baru pertama kali mereka lihat. Laime, yang merasa dipandangi pun tersadar, dan mulai memperkenalkan dirinya. Dan dsambut hangat oleh senyuman keduanya. Tiga, ini yang ketiga kalinya Lea melihat Silvia tersenyum. Silvia sudah berubah, tepat ketika anak disebelahnya ini datang diantara mereka.
“Hey, lihat, Salju pertama telah turun” Ucap Dhaina. Semua beralih kearah balkon rumah pohon. Salju pertama. Mereka semua harus segera menyiapkan perlengkapan liburan musim dingin mereka.
“Pindahan yang tepat anak baru, tepat bersamaan libur musim dingin. Hey J-Hope, ayo, kapan kita berangkat liburannya?” Ucap Zain. J-Hope mengisyaratkan mereka untuk kembali masuk kembali kedalam. Mereka duduk membentuk sebuah lingkaran. J-Hope mulai membicarakan perihal liburan mereka. Mulai dari perlengkapan, mereka harus membawa beberapa jaket tebal, mantel, tenda, akaran. Dan mereka juga harus menyiiapkan mental mereka, khususnya Zain, Dhiana dan Laime yang baru pertama kali. Karna terakhir kali, J-Hope , Silvia dan Lea pergi berlibur kesana, mereka mengalami hal yang  aneh, yah… seperti hal berbau supernatural.
 “Baiklah, sampai ketemu dua hari lagi.” Ucap J-Hope sembari melambaikan tangannya kearah Ketiga temannya yangn sudah berjalan pulang. Sementara Lea, J-Hope dan Silvia pulang bersama. J-Hope sampai dirumah Silvia. Silvia adalah anak yatim piatu sama seperti mereka. Ia sedikit khawatir, ini musim salju, dan kekasihnya sendirian dirumah. Ia sudah meminta untuk menginap dirumahnya, tapi gadis itu selalu menolak. Entah, perasaan takut akan terjadi sesuatu semakin kuat semenjak mendekati hari berlibur mereka.
“Ada Apa,hm?” Tanya Lea, begitu melihat Kakaknya belum juga menjalankan mobilnya.
“Hah, aku hanya khawatir terjadi sesuatu terhadapnya.” Jawab J-Hope, lalu mulai menjalankan mobilnya.
“Kalau begitu, batalkan saja liburannya, tidak jadi juga tidak apa-apa” ucap Lea.
“Lucu sekali, Dia terlalu sayang padamu, ia selalu ingin keinginanmu terwujud, entah kenapa. Dia senang sekali membicarakanmu dikala kita sedang berdua.” Ucap J-Hope seraya terkekeh
“Kalian sering membicarakanku? Hey! Itu curang!!”

2 HARI KEMUDIAN……

Mereka sudah sampai dihutan Epping yang kini tertutupi salju. Salju yang cukup tebal. Mereka mulai mendirikan tenda, menghidupkan perapian dengan kayubakar yang mereka bawa. Udara dingin sekali, tapi tidak dengan Laime, tubuhnya selalu hangat. Ia melihat kesekeliling, terutama diatas pohon. Keluarga mereka datang mengunjungi, Para Penjaga Penjajah hutan. Serigala Putih. Tugas Suci, tengah mereka jalani, Laime meletakan jari telunjuk didepan bibir, mengisyaratkan pada keluarganya agar jangan terlalu berisik, atau  teman-teman yang lainnya akan sadar ada yang menguntit mereka. Lea merasa ingin buang air kecil sekarang, hah.. ditengah hujan salju ini, menyebalkan. Dia pun memutuskan untuk meminta Silvia menemaninya.
“Jangan lama-lama oke. Jangan lupa bersihkan, jangan pergi kemana-mana setelah buang air kecil, kembali kesini, aku tak mau kau kenapa-napa” ucap Silvia cepat dalam satu nafas.
“o-oh okay” Ucap Lea, dia pun pergi kebalik semak-semak, sementara Silvia menunggu didepan. Lea mengernyit bingung begitu ada jejak es menuju kearah kanannya. Ia sudah selesai , dan lebih memilih untuk mengikuti jejak es yang membuatnya penasaran. Jejak itu terhenti, ia membuka semak-semak yang menghalangi jalannya. Mulutnya menganga lebar, danau es, teman-teman yang lainnya harus tahu, mereka bisa melakukan permainan seluncur es disini. Benar-benar indah, ada es-es yang membeku dipohon-pohon seperti dinegeri dongeng.  Silvia merasa ini terlalu lama, ia memanggil Lea, tapi tak ada sahutan. Silvia panik, dan berlari menghampiri Lea, gadis itu tak ada ditempat. Silvia melihat jejak kaki, dia mengikutinya. Ia bernafas lega, begitu melihat Lea tengah berdiri dipinggir danau yang membeku.
“Sudah kubilang langsung kembali.” Lea menoleh, dan memberikan cengirannya.
“lihat, apa yang kutemukan, kita bisa bermain seluncur es disini” ucap Lea
“Jangan!”
“It’s okay! See? Aku baik-baik saja kan?” ucap Lea, dia mulai melangkahkan kakinya secara pelan, mulai bermain seluncur. Silvia tak bisa untuk tidak panik, es itu pasti baru saja membeku. Lea berteriak, langkah yang salah, ia terjatuh, membuat bunyi gemuruh, menciptakan garis retak yang begitu panjang. Menciptakan bunyi “KREKK” begitu e situ mulai terbelah, Silvia menjerit panik. Sementara Lea, ia sudah menangis sekarang.
“Help me, please, hiks” ucapnya tersendat.
“Easy,easy, I got you, aku akan mengintung satu sampai tiga, kau tarik tubuhku kearahmu, okay?”
“What? No! Never!” Bentak Lea.
“Demi tuhan Lea, turuti saja” Ucap Silvia kesal.
“One..
            Two…
                        Three” Lea menarik tubuh Silvia kearahnya, sementara Silvia menarik tubuh Lea kearahnya membuat tubuh Lea terpental kepinggir danau.
            Byur… 
            Tubuh itu tenggelam.. tenggelam kedasar danau yang dingin, Lea menjerit, Silvia- Silvianya. Teriakan nya sampai ketelinga J-Hope, dan yang lainnya. Mereka berlari panik, J-Hope menghampiri Lea yang menangis, dia tidak melihat Silvia- dimana dia?
“Where is Silvia?” Lea panik, ia hanya mampu menunjuk danau, J-Hope tak percaya, ia baru saja ingin menyelam kedanau, namun Laime dan Zain menghentikannya. J-Hope berontak, tidak mungkin, didalam sana dingin, dia harus menolong gadis itu, gadis itu, ia pasti ketakutan. J-Hope berontak, dan zain terpaksa melayangkan tinjuan kearah wajah J-Hope, membuat tubuh itu tersungkur ketanah.
“Are You Crazy,huh? Disana kau bisa mati” Ucap Zain
“Tapi silvia didalam sana” Ucap J-Hope, ia sudah mulai menangis, matanya sudah memerah. Dia mulai berontak lagi, kali ini Laime yang menahannya.
“Jangan, benar, kita harus menunggunya kembali kepermukaan.” Ucap Laime. Bruk… J-Hope melayangkan tinjuan kewajah Laime, membuat Lea terkejut, kakaknya, bertindak kasar untuk pertama kalinya.
“Maksudmu apa hah! Kau menyuruhku untuk menunggu mayatnya! Persetan!”
“Stop! Stop.. and Look ! Danaunya!” Pekik Dhiana, membuat perkelahian mereka terhenti.
“No! No! Tidak boleh, ini tidak boleh terjadi!”

To Be Continued…
Maaf jika ada typo, hope you enjoy it..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar