PART 4
J-Hope
melangkahkan kakinya menuju danau es itu. Tidak mungkin, bagaimana danau itu
bisa membeku kembali. Hal macam apa ini. J-Hope mengambil sebuah batu besar,
membenturkan batu itu kepermukaan danau. Tapi Danau itu tak terbelah
sedikitpun. Ia mencoba lagi, lagi, lagi, tapi tetap tak berhasil. Ia bangkit berdiri, berjalan melewati
teman-temannya yang memandang lirih. Apa Silvia pergi begitu cepat? Ini bahkan
belum genap satu hari.
J-Hope harus segera mencari bantuan, ia berjalan menuju
tendanya. Tapi begitu ingin mendekati tendanya, ia terbentur, entah apa itu,
kepalanya berdenyut sakit. J-Hope mengetuk-ngetukan tangannya kearah benda
transparan yang menghalanginya. J-Hope membulatkan matanya, ia mengetukan
tangannya berulang kali, ia harus keluar, ada seseorang yang membutuhkan
bantuan. J-Hope berteriak kesal, ia berontak lagi. Sungguh.. ia sudah seperti
orang gila sekarang. Lea, Dhiana dan Zain berlari menghampiri J-Hope yang sudah
seperti orang kesetanan. Laime tahu apa yang terjadi. Laime ikut menghampiri
mereka semua yang sepertinya kewalahan,Laime mendorong Dhiana, Lea dan juga
Zain, menyisakan dirinya dan J-Hope yang saling menatap.
“Kalian tak
akan bisa keluar dari sini. Teman kalian masih terperangkap -dibawah sana, jika
ingin pulang, maka kalian harus pulang bersama-sama, itulah peraturan yang
dibuat oleh keluargaku” Ucap Laime, yang lain terkejut. Keluaraga? Apa Laime
tinggal disini? Dihutan angker ini.
“apa
maksudmu,hah?! Tahu apa kau ini! Kau bahkan pendatang baru!” Ucap J-Hope.
“Maaf, aku
berbohong. Aku berasal dari keluarga penjaga orang-orang seperti kalian,
penjajah hutan, yang mencintai hutan. Aku berasal dari keluarga serigala putih.”
Ucap Laime
“B-bbwahahaha,
apa kau sedang bercanda sekarang, lucu sekali.” Ucap Zain.
Zain tertawa
paling keras, sampai-sampai menepuk-nepuk tangangnya. Dhiana, Lea dan J-Hope
sama sekali tidak tertawa, entah mengapa, mereka percaya. Bolehkah ia percaya
hal seperti itu ketika suasana yang tengah genting seperti ini? Setidaknya,
J-Hope bisa berharap kembali bersama Silvia, hidup ataupun…mati. Ia menangis
lagi, ia tak ingin kekasihnya menyusul ayah dan ibunya begitu cepat. Mereka
belum menikah, J-Hope berencana akan melamarnya , tapi lihatlah sekarang? Gadis
itu pasti sudah membeku sekarang. Ia pasti tengah memanggil nya. Silvia Maaf…
“Apa kau
bisa buktikan pada kami?” Tanya J-Hope.
“Ya! Kau percaya
pada omongan si bodoh ini?” Ucap Zain menunjuk wajah Laime yang berdiri
disampingnya.
“Disaat
seperti ini, bisakah kau percaya? Ini mungkin lucu, tapi.. hari ini aku
membutuhkan sebuah keajaiban,keajaiban untuk membawa Silvia kembali padaku.”
Ucap J-Hope
“Ya! Aku
setuju! Aku Setuju! Biarkan kami melihatnya..” Ucap Dhiana semangat.
“Baiklah,
aku izinkan, tapi jangan buka mata kalian sebelum aku suruh untuk membuka, dan
jangan berteriak ketika sudah melihatnya, yah.. rupanya sedikit..mm kalian tahu
mungkin”
Laime mulai
mendekati mereka satu persatu, menutup mata mereka dengan tangannya. Sedikit
mengeluarkan sinar putih dari tangannya. J-Hope membuka matanya, diikuti Lea ,
Dhiana, dan Zain. Mereka melangkah mundur secara bersamaan, begitu melihat
pemandangan dihadapan mereka. Makhluk-makhluk itu turun bergantian dari pohon
dan mulai berjalan kebelakang Laime. Dhiana menjerit kencang begitu ia menoleh
kesampingnya, ada makhluk seperti itu disampingnya. Serigala putih itu begitu
banyak, rupa mereka juga sangat tak bersahabat. J-Hope menggenggam lengan
adiknya untuk mendekat kearahnya, sudah cukup ia kehilangan kekasihnya, dia tak
mau itu terjadi pada adiknya. Laime tersenyum senang, mengusap bulu-bulu
serigala putih disampingnya dengan gemas, baru 3 hari tidak bertemu, ia sudah
merasa begitu rindu, apalagi jika ia pergi bertahun-tahun untuk mencari kotak Pandora
yang hilang.
“Teman-teman,
ucapkan salam pada keluargaku” Ucap Laime.
“Hai.” Ucap Dhiana,hanya
dia, yang lain tidak menyapa, mungkin terlalu shock.
“Baiklah,
biar kuantar kalian menuju tempat ayah dan ibuku,dia pasti tahu dimana kita
bisa menyelamatkan Silvia.” Ucap Laime
J-Hope
langsung berlari menghampiri Laime “ Benarkah? Kalau begitu, AYO!!” ucap J-Hope
semangat.
“Tapi tunggu
sebentar” ucap Laime. Ia memejamkan matanya. Secara pelahan hidungnya
mengeluarkan dengusan yang begitu kencang, dadanya naik turun begitu cepat.
Angin sudah mulai bertiup kencang. Lea melihat itu semua, ia seperti pernah
melihat kejadian ini. Tapi, dimana? Laime membuka matanya, berubah menjadi abu-abu
yang mengkilap, perlahan, tubuhnya mulai berubah, kukunya memanjang, tingginya hamper
menyamai pohon kelapa. Jangan lupakan asal usulnya, ia berasal dari
penggabungan antara ayah dan ibunya. Ia telah berubah wujud sekarang..
“Naiklah,
ini akan terasa lebih cepat..”
Lea dan yang lainnya menurut, dan
mulai menunggangi tubuh serigala Laime, benar ini, begitu cepat. Angin jadi
terasa semakin dingin. Lea memikirkan sesuatu yang berada didalam tasnya, tapi
saat ia buang air kecil tadi, ia menitipkannya pada Silvia, dan gadis itu,
entah bagaimana keadaannya sekarang.
Tubuh itu
terombang-ambing, tenggelam jauh kedalam dasar danau. Matanya memandang bulan,
ia bisa bernafas. Ia merasa bulan memanggilnya, memanggil menuju
kepermukaannya. Perlahan, ia melihat bayangan seorang laki-laki dihadapannya,
rambutnya putih dan membawa tongkat. Memakai hoodie berwarna biru. Perlahan
sepasang tangan itu masuk kedalam air, menariknya keluar. Silvia terbatuk,
mencoba mendudukan dirinya. Matanya mengernyit, melihat pemandangan
dihadapannya yang semuanya adalah Es. Ia melihat laki-laki yang tengah
memandangnya, hey.. tunggu, ia seperti kenal dengan sosok dihadapannya.
“Hey! I Know
you!.. Kau,..” Ucap Silvia menggantung, ia belum yakin.
“Ya, kau
kenal aku? Aku Jack Frost “ Ucap
Laki-laki itu, mengulurkan tangannya bermaksud untuk mengajaknya berkenalan.
“What? Kau,
tokoh dongeng, mana mungkin!” Ucap Silvia membenarkan duduknya menjadi
berhadapan dengan pria itu.
“Yes, Man In
The Moon memerintahku untuk menjemputmu, tunggu, apa itu senjatamu?” Tanya Jack
Frost.
“Man In The
Moon? Senjata? Tidak ini hanya tas..” Ucap Silvia.
“Coba
Kulihat…” Jack Frost mengambil alih tas itu, melihat apa yang ada didalamnya.
Jack terperangah kaget, begitu melihat apa yang ada, astaga gadis ini dalam bahaya besar.
“kau
sebaiknya segera ikut denganku, Kau dalam bahaya” ucap Jack
“Bahaya? Apanya
yang bahaya?”
“Kau
Membawa Kotak Pandora, yang tengah diincar oleh kawanan “yang tak boleh disebut
nama” “
TO BE CONTINUED….
SORRY FOR TYPO… I HOPE YOU ENJOY…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar