PART 2
Lea sudah menyelesaikan urusannya
dengan toilet, dan kembali berkumpul bersama teman-temannya lagi yang kini
mereka sudah beralih tempat yaitu di taman sekolah. Langkahnya terhenti begitu
melihat seorang pria yang baru dia antar tadi –Laime-, ia terlihat linglung
dengan kertas peta ditangannya. Lea tertawa kecil, laki-laki ini lucu sekali,
bukankah banyak orang disekitarnya, kenapa harus membaca peta, kampus ini besar
sekali, gambar kecil-kecil dipeta hanya membuat bingung, tak ada gunanya. Lea
tak ambil pusing, ia pergi meninggalkan Laime begitu saja, memandangi dari jauh
pria itu cukup, ia pergi kekantin sebentar, membeli minuman untuk
teman-temannya. Minumannya sudah selesai, ia pun memberikan uangnya pada si
penjaga kasir.
Ia membalikkan badan, berteriak karna wajah seorang laki-laki begitu dekat dengan wajahnya. Oh ayolah… minuman yang baru saja ia beli jadi tumpah begitu saja. Bagaimana ia tak terkejut, wajah Laime yang sedang tersenyum berseri-seri itu begitu dekat dengannya. Pandangan mereka bertemu. Entah apa yang membuat Lea terperangkap akan pandangan mata abu-abu itu. Yang Lea sadarai mata itu begitu teduh, bibir yang tersenyum itu perlahan memudar berganti bibir yang terkatup rapat, dan wajah yang berpaling mundur.
Ia membalikkan badan, berteriak karna wajah seorang laki-laki begitu dekat dengan wajahnya. Oh ayolah… minuman yang baru saja ia beli jadi tumpah begitu saja. Bagaimana ia tak terkejut, wajah Laime yang sedang tersenyum berseri-seri itu begitu dekat dengannya. Pandangan mereka bertemu. Entah apa yang membuat Lea terperangkap akan pandangan mata abu-abu itu. Yang Lea sadarai mata itu begitu teduh, bibir yang tersenyum itu perlahan memudar berganti bibir yang terkatup rapat, dan wajah yang berpaling mundur.
“Maaf” ucap Laime lalu berjalan
pergi,
“A..ada apa? Ada apa mendatangiku
lagi?” Tanya Lea. Entah apa yang membuat ia gugup, tapi tubuhny panas dingin
sekarang. Laime kembali menghampirinya tentu dengan senyum manisnya. Lea
menjerit, kenapa ia jadi jantungan melihat senyum itu. Perasaannya Kakaknya –J-
punya senyum yang lebih menarik dibandingkan dengan pria ini.
“mmm, aku ingin memintamu untuk
membantuku mencari taman dikampus ini.” Ucap
Laime lalu menunjukan sederet gigi putihnya. Lea sadar, itu Gummy Smile.
“Baiklah, tunggu sebentar, aku mau
membeli minuman lagi, aku juga mau kesana” Ucap Lea.
Setelah semua selesai, mereka pun
berlalu pergi menuju Taman. Tak butuh waktu yang lama, mereka sudah sampai. Lea
melihat lambaian tangan Dhiana, mereka ditempat biasa. Rumah pohon mereka. Kenapa
bias ada rumah pohon ditaman seluas ini? Tenang saja , salah satu dari teman
mereka ada investor terbesar kampus ini, dia Zain. Dialah yang membangun rumah
pohon ini untuk mereka semua beristirahat sehabis penat mempelajari mata kuliah
mereka. Lea mengajak Laime untuk masuk, mengenalkannya pada teman-temannya.
Disana ada Dhiana dan Zain, Kakaknya dan Silvia tak terlihat diruang tengah,
pasti mereka berada dibilik kamar kecil rumah pohon ini. Biasa, disanalah
tempat mereka merenung, entah merenungkan apa, tapi yang Lea tahu, mereka
selalu dian jika sedang berduaan. Lea membagikan minumannya, termasuk juga pada
Laime. Dhiana mengernyit bingung begitu ada orang asing masuk kerumah pohon
mereka. Darimana Lea dapat orang aneh seperti ini? Seperti baru melihat rumah
pohon saja.
“So… siapa namamu, anak baru?” Tanya
Dhiana.
“Laime,hanya Laime.” Jawab Laime
cepat.
“Lalu, darimana asal mu? Kau murid
baru?” Timbrung Zain.
Laime diam, ayahnya memperingantinya
untuk tidak memberitahukan identitasnya. Lagipula, manusia seperti mereka
bagaimana bias percaya jika ia menceritakan yang sebenarnya. Bahwa Ia berasal
dari sekelompok serigala putih, yang lahir lalu tumbuh berkembang 1000 kali
lebih cepat daripada manusia. Dan mana bias mereka mempercayai kalau ia hidup
didimensi lain hutan Epping yang terpaksa harus pergi ke dimensi manusia untuk
menemukan sebuah kotak Pandora. Laime merasa ada sebuah tepukan dibahunya, dan
ternyata itu Lea. Oh dia melamun sedaritadi. Pandangan aneh tertuju dari ketiga
orang dihadapannya. Laime menunduk, apa yang harus dia beritahu. Sungguh,
manusia takkan dengan mudah mempercayainya. Manusia adalah sosok yang suka akan
penelitian. Mereka harus menelitinya dulu baru bias mempercayainya.
“So… darimana asalmu, brother?”
Tanya Zain lalu menyeruput capucino hangatnya.
“Aku berasal dari negeri penggemar
manga.” Ucap Laime, ketiganya terkejut. Jepang? Apa? Wajah seperti Laime adalah
orang jepang? Sulit dipercaya. Lea memandang Laime dengan serius, ia merasa ada
sesuatu yang disemubunyikan oleh pria ini. Tapi… jika memang benar ada yang
disembunyikan, apa pedulinya? Dia bukan siapa-siapanya. Kenapa ia jadi berubah
menjadi seseorang yang suka ikut campur? Ia membulatkan matanya begitu ia melihat
seberkas cahaya biru masuk kedalam baju Laime. Membuatnya menjerit kaget dan
berdiri mundur, membuat ketiga temannya heran dan ikut terkejut akan
jeritannya.
“What? Ada apa? Kenapa kau menjerit?”
Tanya Dhiana , sembari menghampiri Lea.
“A..aku melihat ada seberkas cahaya
biru masuk kedalam baju Laime, aku tak tahu apa itu, tapi begitu masuk kedalam
bajunya, cahaya itu berubah menjadi merah.” Jawab Lea dengan muka paniknyan.
“Oh ayolah Lea, kita bahkan belum
berlibur ke hutan Epping kau sudah berhalusinasi.” Ucap Zain.
Laime terkejut, apa?hutan Epping? Apa
mereka gila.
“Siapa yang akan kehutan EppingA?”
Teriaknya tanpa sadar, membuat ketiga orang dihadapannya menoleh.
“wow, santai saja bro, kami yang
akan berlibur kesana.” Ucap Zain.
“JANGAN! TERLALU BERBAHAYA!”
To Be Continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar